Minggu, 28 September 2014

Me in Glasses

(foto: koleksi pribadi)

"Kacamata? Ngapain kamu pakai kacamata? Cuma orang yang matanya bermasalah yang memakai kacamata. Memang mata kamu kenapa?" Kira-kira begitulah (kalau dalam bahasa Indonesia) kata mama saya saat saya mengatakan ingin memakai kacamata. Waktu itu saya masih kelas 2 SMP. Mama saya melarang saya untuk memakai kacamata meskipun waktu itu hasil tes mata saya menunjukkan kalau saya minus 1,5. Alhasil sampai sekarang saya tidak pernah menggunakan kacamata (btw, sekarang udah normal lagi, hehehe, senangnya..)

Saat saya masih duduk di bangku kelas V SD, saya ingin banget pakai kacamata, cuma kan nggak mungkin banget, lha wong mata saya normal. Keren aja kayaknya kalau pakai kacamata, kelihatan lebih pintar gitu. Jadi setiap ada kompetisi, saya pasti refleks memerhatikan orang-orang yang memakai kacamata. Saya selalu menganggap kalau merekalah rival-rival yang berat (padahal ternyata g' juga sih, orang pintar nggak identik dengan kacamata),  Nah, pas saya SMP kelas 2 itu, saya ada pemeriksaan mata (manual sih) pas pelajaran Biologi, kata guru saya, saya mestinya pakai kacamata soalnya saya minus 1,5. Saya bukannya kaget dan khawatir, saya malah seneeenggg banget. Impian untuk pakai kacamata akan terwujud.. hahaha kalau dipikir2 dong dong banget deh.. Saya bilanglah ke mama saya, dan ternyataa reaksi mama saya g' banget deh. Saya nggak boleh pakai kacamata. Meskipun minus mata saya kemungkinan akan nambah kalau nggak makai kacamata, mama saya tetap nggak ngijinin. Nah, terus gimana dong? Saya juga kan nggak mau minusnya nambah. @_@

Akhirnya saya mengubah kebiasaan-kebiasaan yang memicu peningkatan minus mata. Dari yang g' suka makan wortel, akhirnya dipaksa-paksain suka makan (sekarang jadi beneran suka), terus kebiasaan nonton terlalu dekat dengan TV diubah jadi lebih jauh, dan kebiasaan yang paling susah diubah: baca buku sambil tiduran (sekarang kadang-kadang dilakukan lagi :( ) dihilangkan, terus satu lagi akhirnya selalu mengusahakan untuk duduk di bangku paling depan di kelas. Dan oh ya, satu lagi hal yang saya lakukan (yang mana ngebuat saya bikin tulisan ini), saya menghipnotis (apa lebih cocok pakai kata sugesti ya?) diri dengan menanamkan dalam pemikiran saya bahwa saya nggak cocok pakai kacamata. Tapi, tetap aja ngerasa kalau orang yang pakai kacamata itu keren, hehehe..


Efek dari ini semua, pas saya melakukan tes mata di salah satu RS khusus mata ternama di Bandung untuk melengkapi persyaratan masuk universitas, saya kaget banget saat saya melihat hasilnya. Gimana nggak? Di sana tertera dengan sangat jelas kalau mata saya normal. Saya sampai minta ketemu lagi sama dokternya untuk mengkonfirmasi kebenarannya. Asa nggak percaya aja gitu. Senang banget deh rasanya. Yeeyy, nggak perlu lagi deh selalu duduk paling depan.. huahahaha.. Itu efek bagusnya. Efek jeleknya adalah saya nggak pede pakai kacamata, meskipun kacamata buat gegayaan apalagi kacamata buat sehari-hari. Maksain banget deh kalau ke pantai pakai kacamata. Kalau nggak mengingat itu untuk kepentingan mata juga, nggak akan dipakai deh..


Nah, pas liburan kemarin di rumah, iseng-iseng deh pakai kacamata punya orang. Tetap ngerasa nggak pede. Ngerasa aneh gitu ngelihat muka sendiri pakai kacamata. Tapi, kata adik saya nggak masalah kok, kelihatan baik-baik aja. Keluarga saya juga nggak ada yang komentarnya negatif. Huaaa... akhirnya agak lebih pede pakai kacamata (bukan berarti saya ingin mata saya kembali minus lho ya..). Ngeliat hasil fotonya, kayaknya emang nggak jelek-jelek amet kok, tetap imut dan manis, hahahha kepedean deh gue.


Emang oke-oke aja kan gue pakai kacamata? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar