Hari Rabu, tanggal 4 januari 2012, kami resmi diterima di Desa Cibugel.
Sekitar jam 12, rapat pun berakhir. Kami mengobrol-ngobrol dengan beberapa warga sebelum meninggalkan Balai Desa untuk kembali beristirahat di pondokan kami.
Pada jam 9 pagi, kami rapat di Balai Desa, katanya rapat ini merupakan penerimaan secara resmi dari desa Cibugel sekaligus rapat mingguan yang selalu dilakukan oleh para aparat desa Cibugel.
Rapat ini dihadiri oleh Pak Kuwu Rusman (kepala desa di sini disebut Kuwu), para Pak Olot (olot=kepala dusun), ketua-ketua RT, kapolsek, dan aparat desa yang lain.
Acara dibuka oleh Pak Usup Supriatna (Kaur Kesra) yang biasa dipanggil Pak Lebe selaku MC. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dari Pak Kuwu tentang maksud dan tujuan kedatangan kami di desa Cibugel, yaitu ingin belajar bersama warga desa Cibugel. Bagaimana kehidupan di sini dan sebagainya. Dijelaskan pula bahwa kami akan tinggal selama sebulan di desa ini. Pak Kuwu pun menjelaskan kepada kami tentang kondisi di desa Cibugel, yang meskipun merupakan pusat kecamatan, tapi sebagian besar warga masih susah untuk menggunakan bahasa Indonesia sehingga kami harus memaklumi hal tersebut.
Acara berikutnya dilanjutkan dengan perkenalan dari kami yang dimulai dari Roland, selaku koordes kami. Kami pun maju satu persatu untuk memperkenalkan diri. Memperkenalkan nama, asal, dan jurusan kami masing-masing.
Setelah itu, gantian perkenalan dari para hadirin. Mulai dari Pak Kuwu yang bernama Rusman, Sekretaris desa (yang disebut juga Ulis, kami memanggilnya Pak Ulis) yang bernama Hendy, Pak Olot Maman (Kepala Dusun Cibugel), Pak Olot Tata (Kepala Dusun Cidomas), Pak Olot Uun (Kepala Dusun Sirnarasa), para RT, kapolsek (Pak Endhy), dan lainnya yang aku lupa siapa-siapa aja namanya (maklum, sambil berusaha mengingat nama dan jabatan juga berusaha mengerti bahasa yang mereka gunakan).
Setelah acara perkenalan selesai, dilanjutkan dengan rapat mingguan (sebut saja Rapat Minggon). Agenda pada rapat kali ini adalah tentang rencana pembangunan desa sebagai desa peradaban. Rapat ini dipimpin langsung oleh Pak Kuwu. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Sunda sehingga terdapat beberapa kata yang tidak aku mengerti. Terkadang aku bertanya pada Dezan yang kebetulan duduk di sampingku.
Sekitar jam 12, rapat pun berakhir. Kami mengobrol-ngobrol dengan beberapa warga sebelum meninggalkan Balai Desa untuk kembali beristirahat di pondokan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar